Sewaktu dua bulan yang lalu saya menengok Naufal Ubaidillah, anak sulung kami, di tempat dia menimba ilmu, kami banyak saling bercerita. Salah satu cerita Naufal yang diceritakan adalah tentang satu cerita (fiktif) yang dulu pernah saya ceritakan padanya yang ternyata sangat melekat di dalam ingatannya, bahkan katanya dia ceritakan pada teman-temannya dari berbagai negara. Dan cerita itulah --salah satu-- yang menginspirasi Naufal untuk senantiasa dapat ber-husnuzhzhon (berprasangka baik) pada segala ketentuan Allah SWT.
Cerita yang dulu pernah saya sampaikan kepada Naufal itu adalah sebagai berikut :
Dikisahkan tentang persahabatan seorang Paneran dan seorang sahabat bijak. Pangeran ini memiliki hobby berburu ke hutan, dan dia selalu ditemani oleh sahabatnya tersebut. Pada suatu hari sang Pangeran ingin berburu dan mengajak serta sahabatnya sambil di temani para pengawal kerajaan menuju hutan. Di dalam perburuannya tersebut terjadi kecelakaan yang menyebabkan jari sang Pangeran terpotong karena kurang hati-hati dengan senjata yang didigunakannya. Darah pun
mengucur dari jarinya yang terpotong, sahabatnya menghampiri sang Pangeran dan berkata
“SEMOGA INI BAIK”.
Mendengar kata tersebut dari sahabatnya, sang Pangeran marah karena merasa diejek oleh sahabatnya, dan merasa bahwa sahabatnya tidak bersimpati dan berempatinya kepadanya. Kemudian Sang Pangeran memerintahkan
pengawalnya untuk membawa dan memenjarakan sahabatnya ke dalam penjara kerajaan. Atas perlakuan sang Pangeran tersebut, sahabatnya itu mengatakan “SEMOGA INI BAIK” sebagaimana biasa ia katakan ketika menghadapi segala sesuatu kejadian, walaupun itu secara lahiriah terlihat tidak baik.
Suatu saat, sang Pangeran kembali ingin pergi berburu, namun karena sahabatnya sedang dipenjara, ia pergi berburu tanpa ditemani oleh sahabatnya. Hari itu sang Pangeran berburu di hutan yang sebelumnya belum pernah dia datangi, dan karena belum mengetahui seluk beluk hutan tersebut, sang Pangeran tersesat di hutan tersebut. Di dalam ketersesatannya, sang Pangeran tertangkap oleh kawanan manusia dari suku pedalaman yang ternyata memiliki kebiasaan aneh, yaitu biasa mengorbankan manusia untuk sesembahannya. Dan sang Pangeran tersebut juga akan dikorbankan oleh suku tersebut. Namun setelah diteliti, akhirnya sang Pangeran dibebaskan dan tidak jadi dijadikan korban oleh suku tersebut, karena syarat korban yang akan dikorbankan haruslah manusia yang secara fisik sempurna, dan kita tahu sang Pangeran tadi tidak sempurna karena salah satu jarinya telah terpotong.
Sang Pangerang sangat bergembira karena tidak jadi mati menjadi korban bagi sesembahan suku pedalaman itu. Maka teringatlah dia pada perkataan sahabatnya yang mengatakan "SEMOGA INI BAIK" ketika jarinya terpotong karena memang terbukti bahwa jarinya yang cacat itulah yang menyelamatkannya dari bahaya. Karena itu kemudian sang Pangeran memutuskan untuk membebaskan sahabatnya dari penjara dan memanggilnya untuk menghadap sang Pangeran.
"Wahai sahabatku, aku teringat ketika jariku terpotong, engkau mengatakan 'SEMOGA INI BAIK', dan ini terbukti dengan apa yang aku alami di hutan. Aku tidak jadi dikorbankan untuk sesembahan
suku pedalaman karena fisikku yang tidak sempurna." "Namun aku ingin bertanya padamu, ketika engkau hendak aku penjarakan, engkau juga mengatakan 'SEMOGA INI BAIK', apa artinya itu?”. Sahabatnya berkata, "Kalau sekiranya aku tidak engkau penjarakan, tentu saja kemarin aku harus menemani engkau berburu ke hutan, dan mungkin aku sekarang sudah mati karena fisikku sempurna, sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan korban".
--------------------------------
Yaaa...., begitulah kisah yang saya ceritakan kepada Naufal beberapa tahun yang lalu ketika dia sangat kecewa terhadap suatu keadaan yang menurut dia itu tidak baik untuk dirinya. Yaa..., ternyata diam-diam kisah itu yang menjadikan dia lebih bisa menerima kejadian itu. Dan bahkan membekas hingga kini.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan
boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu,
Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (QS Al-Baqoroh : 216)
Senin, 20 April 2015
Langganan:
Postingan (Atom)