Social Icons

Senin, 24 Agustus 2015

Kaos Kaki Sobek

Al-Kisah seorang kaya raya sedang sakit parah..menjelang ajal menjemput dikumpulkanlah anak-anak tercintanya...
Beliau berwasiat:
Anak-anakku...jika ayah sudah dipanggil yang Maha Kuasa, ada permintaan ayah kepada kalian "tolong di pakaikan kaos kaki kesayangan ayah, walaupun kaos kaki itu sudah robek, ayah ingin pake barang kesayangan semasa bekerja di kantor ayah dan minta kenangan kaos kaki itu dipake bila ayah dikubur nanti.
Singkat cerita Akhirnya sang Ayah meninggal dunia.Saat mengurus Jenazah dan saat mengkafani, anak-anaknya minta ke pak modin untuk memakaikan kaus kaki yg robek itu sesuai wasiat ayahnya.
Akan tetapi pak modin menolaknya:
"maaf secara syariat hanya 2 lembar kain putih saja yang di perbolehkan dipakaikan kepada mayat..".
Terjadi diskusi panas antara anak-anak yg ingin memakaikan kaos kaki robek dan pak modin yg juga ustad yg melarangnya.
Karena tidak ada titik temu dipanggilah penasihat keluarga sekaligus notaris.
Beliau menyampaikan: "sebelum meninggal bapak menitipkan surat wasiat, ayo kita buka bersama-sama siapa tahu ada petunjuk.." Maka dibukalah surat wasiat alm milyader buat anak-anaknya yg di titipkan kepada Notaris tersebut.
Ini bunyinya: "Anak-anakku pasti sekarang kalian sedang bingung, karena dilarang memakaikan kaus kaki robek kepada mayat ayah...lihatlah anak-anakku padahal harta ayah banyak, uang berlimpah, beberapa mobil mewah, tanah dan sawah di-mana-mana rumah mewah banyak..
tetapi tidak ada artinya
ketika ayah sudah mati.
Bahkan kaus kaki robek saja tidak boleh dibawa mati.
Begitu tidak berartinya dunia,
kecuali amal ibadah kita,
sedekah kita yg ikhlas.
Anak-anakku inilah yg ingin ayah sampaikan agar kalian tidak tertipu dg dunia yg sementara.
Salam sayang dari Ayah yang ingin kalian menjadikan dunia sebagai jalan menuju kehidupan baru yg bahagia.
#dari_grup_hikmah

Rabu, 03 Juni 2015

Pensil dan Penghapus

Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam.
Di tangan kirinya ada pensil, ditangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada pensil, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat pensil ini, maka berserulah “pensil!”, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah
“Penghapus!”
Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama
kian cepat.
Beberapa saat kemudian sang guru kembali
berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat pensil, maka berserulah “Penghapus!”, jika saya angkat penghapus, maka katakanlah “pensil!”.
Dan permainan diulang kembali. Maka pada
mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk,
dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti.
Sang guru tersenyum kpd murid-muridnya. “Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh-musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya.
Pertama-tama mungkin akan sukar bagi
kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat
mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.”
“Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yg pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex pra-nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain-lain.
Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-muridnya.
“Paham Bu Guru”
“Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan.
“Bu Guru ada Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang
dimisalkan karpet.
Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya
mengambil Qur’an yang ada di tengah dan
ditukar dg buku lain, tanpa memijak karpet?”. Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dg tongkat, dan lain-lain,tetapi tak ada yg berhasil.
Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Al-Qur’an ditukarnya dg buku Filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.
“Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan menginjak-injak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasa pun tak akan rela kalau Islam dihina di hadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar".
Jika seseorang ingin membuat rumah yg kuat, maka dibina pondasi yg kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau pondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…”
“Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yg mereka inginkan.”
“Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak, Bu Guru?” tanya mereka.
“Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak.
Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo’a dahulu sebelum pulang…”
Anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dg pikiran masing-masing di kepalanya.
***** (sumber: grup_hikmah)

Minggu, 31 Mei 2015

Makna RABBANI

Jalan ilmu ialah langkah alih bentuk kekayaan; dari materi ke kualitas diri. Seperti Thalut, dipilih Allah sebab kapasitas fisik & ilmu. Imam Ath Thabari ketika menafsir kata “Rabbani” di QS 3: 79 dalam Jami’ul Bayan ‘an Ayil Quran menyebut 5 kriteria, penempuh jalan ilmu. Kelimanya: ‘Alim, Faqih, Bashirun bis Siyasah, Bashirun bit Tadbir, Al Qaim bi Syu’unir Ra’iyah li yushlihu Umura Dinihim wa Dunyahum.
Penempuh jalan ilmu adalah dia yang ‘Alim; sedang & terus berpengetahuan dengan pembelajaran tak kenal henti; mendalamkan & meluaskan. Sang ‘Alim tak mendikotomi ilmu jadi duniawi-agamawi; semuanya ilmu Allah selama dikaji dengan asmaNya & diguna bagi kemaslahatan insan.
Kemunduran abad IV hijriah, telaah Al Ghazali, di antaranya tersebab saling ejeknya para ahli ilmu nan terdikotomi duniawi & agamawi. Saat itu, mereka yang belajar ilmu fiqh merendahkan pembelajar matematika, astronomi, kedokteran, perdagangan, kimia, tata negara, dll. Sebutan “Budak Dunia” dilekatkan. Sebaliknya, para ahli fiqh dihujat “Munafiq”: menjual ilmu agama tuk kepentingan dunia; harta & kuasa.
Ahli Fiqh, kata Al Ghazali, harus hargai ilmu lain; sebab urusan ibadah pun tak bisa lepas dari aneka pengetahuan di luar fiqh tersebut. Bagi orang berpenyakit pencernaan misalnya, dokterlah yang akan jadi Mufti; apakah dia berpuasa Ramadhan atau tidak. Itu ilmu agamawi. Demikian jua ilmu tekstil; ia sangat agamawi sebab terkait dengan sah-batalnya ibadah dalam tertutupnya aurat; jenis kain hingga model.
Pun ilmu politik, -Al Ghazali menyebut keengganan muslim berpolitik menyebabkan beberapa PM non muslim-, ia mulia asal akhlaq dijaga. Jadilah ‘Alim; ketahui banyak tentang banyak hal, atau minimal spesialis berwawasan luas yang suka berbagi ilmu hingga jadi titik temu. Sebab terobosan besar biasanya tak datang dari pendalaman rinci spesialisasi, melainkan titik temu berbagai ilmu yang terbuka & maju.
Sejalan dengan jadi ‘Alim, jadilah jua seorang Faqih. Jangan hanya menjadi perbendaharaan ilmu, fahami juga interaksi ilmu-realita. Dalam umpama Asy Syafi’i, seorang ber ilmu tak cukup jadi Ahli Hadits, dia haruslah jua seorang Ahli Fiqh. Analoginya: Apoteker-Dokter. Ahli hadits & apoteker memahami ilmu segala bahan & racikan. Tapi otoritas beri ramuan & dosis pada ‘pasien’ ada di Ahli Fiqh & dokter. Sebab ahli fiqh & dokter tak hanya berpegang ilmu bahan & racikan, melainkan juga mempertimbangkan kondisi fisik, organ, & metabolisme. Maka mari menjadi Faqih; bagai Rahib khusyu’ di laboratorium & atmosfer ilmu, bagai singa tangkas & cermat menghadapi persoalan nyata.
Sifat Rabbani ke-3, urai Ath Thabari; Bashirun bis Siyasah, melek politik. Fahami agar tak terbudak, gunakan ia luaskan ilmu keshalihan. Sebab politik menyentuh sisi terluas kehidupan komunal, insan ber ilmu jangan sampai rabun sampai tak sadar disalahguna oleh kejahatan. Sebab kuasa kejahatan dunia politik yang berhasil memperbudak ahli ilmu akan menebar kerusakan yang sulit ditanggulangi. Mari waspada.
Sisi lain, penempuh jalan ilmu harus punya Political Awareness demi tercapainya tahap demi tahap tujuan kuasa keshalihan nan melayani. Lihat secontoh; Hijrah ke Habasyah. Mengapa yang berhijrah justru Ja’far, Utsman, & para bangsawan; bukan Bilal dkk nan tertindas? Sebab ada tujuan politik kebajikan.
Pertama, mengguncang kuasa tribalistik Quraisy; Makkah merenung saat warga terhormatnya pergi. Kedua; mengeksiskan muhajirin. Andai yang pergi para budak, Duta Besar Quraisy akan mudah mendeportasi mereka dengan alasan ‘lari’. Ketiga, menyiarkan kehadiran Islam pada dunia. Habasyah, subordinat Romawi nan istimewa, isu di sana menyebar ke seluruh kekaisaran. Keempat, Najasyi Habasyah dikenal adil & uskup-uskupnya berpengaruh. Interaksi muhajirin dengan mereka adalah pembelajaran berharga. Demikianlah, ujar Al Ghadban, tiap langkah dakwah Nabi menunjukkan mendalamnya Political Awareness beliau; analisa maupun tindakan.
Sifat Rabbani ke-4, catat Ath Thabari; Bashirun bit Tadbir; melek manajemen. Para ahli ilmu hendaknya memahami pengelolaan resources. Bukan cuma soal perencanaan, penataan, pelaksanaan, & kendali; melainkan bagaimana mengelola hati dari sosok-sosok penuh potensi. Lihat misalnya pemberdayaan SDM: “Yang terbaik dari kalian di masa jahiliah akan jadi nan terbaik dalam Islamnya, jika memahami.”
Mengutip Al Ghadban, kita bisa telaah diangkatnya ‘Amr ibn Al Ash sebagai panglima bawahi Abu Bakr & Umar begitu dia masuk Islam. Saking gembira & bangga dengan sambutan Nabi serta pengangkatannya sebagai panglima, ‘Amr bertanya, “Siapa yang paling kau cinta?” Maksud hati menyangka dirinya, tapi Sang Nabi menjawab dalam senyum, “‘Aisyah”. “Maksudku yang laki-laki!”, desak ‘Amr. “Ayahnya!” ‘Amr: Lalu siapa lagi? Nabi: Ayah Hafshah. ‘Amr: Sesudah itu? Nabi: Suami Ummu Kultsum. ‘Amr: Selanjutnya? Nabi: Suami Fathimah. “Lalu kuhentikan tanya”, aku ‘Amr, “Sebab khawatir namaku disebut paling akhir.” Pemuliaannya dahsyat, tapi Nabi jujur dalam cinta.
Maka berangkatlah ‘Amr bersama pasukannya, Ash Shiddiq & Al Faruq mengiring. Petang menjelang, mereka berkemah di cekungan gurun. Saat beberapa memasak & hangatkan badan, mendadak ‘Amr memerintahkan untuk mematikan api. ‘Umar marah & bangkit, “Apa maksudmu?” Abu Bakr menenangkan ‘Umar yang keberatan & nyaris tengkar dengan sang panglima. “Taatilah Ulil Amri nan diangkat Nabi, saudaraku!”
Setelah itu, ‘Amr memerintahkan untuk tak bicara & tak bergerak. Lalu terdengarlah derap ratusan kuda & teriakan perang membahana. Sadarlah semua bahwa mereka dipimpin panglima yang lihai membaca tanda alam & kehadiran musuh; ‘Amr ibn Al ‘Ash. ‘Umar minta maaf.
Esok pagi, mereka sampai di tempat yang diarahkan Nabi. ‘Amr menyuruh pasukan berhenti & minta izin untuk masuk kota seorang diri. “Jika sampai Dhuhr tiba aku belum kembali”, ujar ‘Amr, “Serbu masuk di bawah pimpinan Abu Bakr!”, pesannya. ‘Umar memprotes lagi.
“Semua juga berhak atas jihad, bukan hanya kau sendiri! Semua harus ditanggung bersama!”, kecam ‘Umar. Abu Bakr menenangkan lagi.
Belum berakhir waktu Dhuha, ‘Amr sudah kembali pada pasukannya disertai pemimpin kaum itu. Semua warga kini berislam tanpa syarat. Semua kini tahu, Nabi pilihkan mereka panglima yang lisannya lebih tajam dari seribu pedang; ‘Amr ibn Al ‘Ash. ‘Umar memeluknya. Nabi hargai potensi besar macam ‘Amr -juga Khalid- diiringi penginsyafan bahwa mereka harus berjuang lebih keras tuk cinta Ilahi.
Para pionir Islam ada di hati & cintanya. Tokoh hebat yang bergabung belakangan merasakan penghargaan, kesempatan bakti, & nasehat. Ketika ‘Abdurrahman ibn ‘Auf menentang kebrutalan Khalid lalu Khalid mengkasarinya, Nabi menegur Khalid dengan kalimat dahsyat. “Jangan pernah kau cela sahabatku hai Khalid. Demi Allah, andai kau infak emas segunung Uhud, takkan bisa samai segenggam kurmanya!”
Apa Khalid bukan sahabat? Ya sahabat. Tapi 8 bln nan penuh kemenangan itu jadi mungil disandingkan 20 th luka & duka ‘Abdurrahman. Uhud; kata itu menusuk nurani Khalid. Di sana ‘Abdurahman jadikan tubuhnya perisai lindungi Nabi saat Khalid berusaha bunuh beliau. Infaq; segenggam kurma ‘Abdurrahman tak tertandingi emas sepenuh gunung. Tapi memangnya pernah ‘Abdurrahman infaq cuma segenggam? Sekali ajakan Nabi, ‘Abdurrahman bisa mengeluarkan 40.000 dinar (x @ Rp. 1,67 Jt), kadang jua 1000 unta beserta seluruh muatannya. Bagaimana mungkin Khalid -apa lagi kita- bisa mengejarnya? Sejak saat itu, Khalid yang semula ganas & angkuh jadi lebih terkendali. Kisah tentang ‘Amr & Khalid adalah cerita melek manajemen tercontoh dari Sang Nabi untuk kita teladani sebagai penempuh jalan.
Kembali ke Ath Thabari, sifat ke-5 penempuh jalan ilmu Rabbani ialah Al Qaim bisy Syu’unir Ra’iyah liyushlihu Umura Dinihim wa Dunyahu. Artinya; terlibat aktif tegakkan urusan-urusan kerakyatan tuk memperbaiki perkara agama maupun dunia mereka. Ahli ilmu harus berjuang. Asas utama langgengnya nilai & tatanan -baik kebaikan maupun kejahatan- adalah kebermanfaatan nan dirasakan kaum luas (QS 13: 17). Sebab kejahatan sering tersamarkan oleh keberhasilan yang diraihnya, ahli ilmu harus tak sekedar sukses, melainkan jua bermanfaat luas.
Keterlibatan ahli ilmu dalam pengentasan kemiskinan & distribusi sumberdaya jadi jaminan kesehatan & pendidikan; memuliakan keduanya. Ahli ilmu semacam itu pasti menjadi inspirasi; GURU: di-GUgu (ditaati) & di-tiRU (diteladani). Ilmu jadikan amal shalihnya tumpah ruah. Seperti Nabi; tak hanya membaca ayat & mensuci jiwa. Dia kenalkan Allah lewat kerja kebajikan; bebaskan budak, santuni fakir-yatim. Pun dalam tindasan, itu terus dilakukan; hingga kelak ketika menggenggam kuasa dengan jemari cinta, tak lagi gagap jamakkan karya.
Jalan ilmu yang berat ini dengan kelima kualitas nan dituntutkan via Tafsir Ath Thabari, harus dimulai dengan 6 modal ala Asy Syafi’i. Ke-6 modal manusia pembelajar yang dinisbat pada Asy Syafi’i itu; Dzaka’, Hirsh, Ijtihad, Dirham, Shahibul Ustadz, & Thuuluz Zaman. [ ]
Diambil dari tulisan Ust. Salim A. Fillah berjudul “Jalan Ilmu”

Sabtu, 16 Mei 2015

Rahasia Kebahagiaan

   وصية ﺍﻟﺸﻨﻘﻴﻄﻲ لابنه :
Wejangan syekh Asy syinqithi kepada anaknya
  "عن السعادة"
RAHASIA KEBAHAGIAAN
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
ﻳﺎﻭﻟﺪﻱ... ﺭﺍﺟﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ؛ ﻻﺗﻨﺴﻪ... ﺃﻣﺎﻣﻚ ﺣﻔﻞ ﺗﻜﺮﻳﻢ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ، ﻟﻴﺲ ﻛﺎﺣﺘﻔﺎﻻﺕ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ
ﺇﻳﺎﻙ ﺃﻥ ﺗﺨﻄﺊ ﻭﻗﺪ ﻗﻴﻞ ﻟﻚ: ‏(ﺍﻗﺮﺃ ﻭﺍﺭﺗﻖ ﻭﺭﺗﻞ)
Wahai ananda,  ulangi terus membaca Alquran,  jgn sampai melupakannya, kelak hari kiamat akan ada acara penghargaan yg tidak sama dg acara2 di dunia,  oleh karena itu jgn sampai salah,  padahal sudah disampaikan kepadamu "bacalah,  naiklah dan tartilkanlah.. "
جالس العلماء بعقلك 
Duduklah bersama ulama dg akalmu

وجالس الامراء بعلمك
Duduklah bersama pemimpin dg ilmumu
وجالس الاصدقاء بأدبك
Duduklah bersama teman dg etikamu
وجالس أهل بيتك بعطفك
Duduklah bersama keluarga dg kelembutanmu
وجالس السفهاء بحلمك
Duduklah bersama org bodoh dg kemurahan hatimu
وكن جليس ربك بذكرك
Jadilah teman Allah dg mengingatNYA
وكن جليس نفسك بنصحك
Dan jadilah teman bagi diri anda sendiri dg nasihatmu
لا تَحزنْ على طيبتك؛ فَإن لَم يُوجَد في الارض مَن يقدرها؛ ففي السَماء مَن يباركهَا...
Tidak usa bersedih jika di dunia tidak ada yg menghargai kebaikanmu,  karena di langit ada yg mengapresiasinya
حياتنا كالورود فيها من الجمال ما يسعدنا وفيها من الشوك ما يؤلمنا.
Kehidupan kita ibarat mawar,  disamping memiliki keindahan yg bikin kita bahagia,  juga memiliki duri yg bikin kita tersakiti
ما كان لك سيأتيك رغم ضعفك.!!
Apa yg ditetapkan bagimu niscaya akan mendatangimu,  meskipun kamu tdk ada daya
وما ليس لك لن تناله بقوتك.!!
Sebaliknya apa yg bukan milikmu,  kamu tidak akan mampu meraihnya dg kekuatanmu
لا أحد يمتاز بصفة الكمال سوى اللہ. لذا كف عن نبش عيوب الآخرين.
Tidak seorangpun yg memiliki sifat sempurna selain Allah,  oleh karna itu berhentilah dr menggali aib orang lain

الوعي في العقول وليس في الأعمار، فالأعمار مجرد عداد لأيامك، أما العقول فهي حصاد فهمك وقناعاتك في حياتك..
Kesadaran itu pada akal,  bukan pada usia,  umur hanyalah bilangan harimu,  sedangkan akal adalah hasil pemahaman dan kerelaanmu trhadap kehidupanmu
كن لطيفاً بتحدثك مع الآخرين، فالكل يعاني من وجع الحياة وأنت ﻻتعلم.
Berlemah lembutlah ketika bicara dg orang lain, krn  setiap org merasakan derita hidupnya masing2, sedangkan kamu tdk mengetahuinya
كل شيء ينقص إذا قسمته على اثنين إلا
                "السعادة"
فإنها تزيد إذا تقاسمتها مع الآخرين.
Semua hal akan berkurang jika dibagi bagi,  kecuali KEBAHAGIAAN,  justru akan bertambah jika kamu bagi kepada yg lain

Senin, 20 April 2015

Husnuzhzhon Billah

Sewaktu dua bulan yang lalu saya menengok Naufal Ubaidillah, anak sulung kami, di tempat dia menimba ilmu, kami banyak saling bercerita. Salah satu cerita Naufal yang diceritakan adalah tentang satu cerita (fiktif) yang dulu pernah saya ceritakan padanya yang ternyata sangat melekat di dalam ingatannya, bahkan katanya dia ceritakan pada teman-temannya dari berbagai negara. Dan cerita itulah --salah satu-- yang menginspirasi Naufal untuk senantiasa dapat ber-husnuzhzhon (berprasangka baik) pada segala ketentuan Allah SWT.

Cerita yang dulu pernah saya sampaikan kepada Naufal itu adalah sebagai berikut :

Dikisahkan tentang persahabatan seorang Paneran dan seorang sahabat bijak. Pangeran ini memiliki hobby berburu ke hutan, dan dia selalu ditemani oleh sahabatnya tersebut. Pada suatu hari sang Pangeran ingin berburu dan mengajak serta sahabatnya sambil di temani para pengawal kerajaan menuju hutan. Di dalam perburuannya tersebut terjadi kecelakaan yang menyebabkan jari sang Pangeran terpotong karena kurang hati-hati dengan senjata yang didigunakannya. Darah pun mengucur dari jarinya yang terpotong, sahabatnya menghampiri sang Pangeran dan berkata “SEMOGA INI BAIK”.

Mendengar kata tersebut dari sahabatnya, sang Pangeran marah karena merasa diejek oleh sahabatnya, dan merasa bahwa sahabatnya tidak bersimpati dan berempatinya kepadanya. Kemudian Sang Pangeran memerintahkan pengawalnya untuk membawa dan memenjarakan sahabatnya ke dalam penjara kerajaan. Atas perlakuan sang Pangeran tersebut, sahabatnya itu mengatakan “SEMOGA INI BAIK” sebagaimana biasa ia katakan ketika menghadapi segala sesuatu kejadian, walaupun itu secara lahiriah terlihat tidak baik.

Suatu saat, sang Pangeran kembali ingin pergi berburu, namun karena sahabatnya sedang dipenjara, ia pergi berburu tanpa ditemani oleh sahabatnya. Hari itu sang Pangeran berburu di hutan yang sebelumnya belum pernah dia datangi, dan karena belum mengetahui seluk beluk hutan tersebut, sang Pangeran tersesat di hutan tersebut. Di dalam ketersesatannya, sang Pangeran tertangkap oleh kawanan manusia dari suku pedalaman yang ternyata memiliki kebiasaan aneh, yaitu biasa mengorbankan manusia untuk sesembahannya. Dan sang Pangeran tersebut juga akan dikorbankan oleh suku tersebut. Namun setelah diteliti, akhirnya sang Pangeran dibebaskan dan tidak jadi dijadikan korban oleh suku tersebut, karena syarat korban yang akan dikorbankan haruslah manusia yang secara fisik sempurna, dan kita tahu sang Pangeran tadi tidak sempurna karena salah satu jarinya telah terpotong.

Sang Pangerang sangat bergembira karena tidak jadi mati menjadi korban bagi sesembahan suku pedalaman itu. Maka teringatlah dia pada perkataan sahabatnya yang mengatakan "SEMOGA INI BAIK" ketika jarinya terpotong karena memang terbukti bahwa jarinya yang cacat itulah yang menyelamatkannya dari bahaya. Karena itu kemudian sang Pangeran memutuskan untuk membebaskan sahabatnya dari penjara dan memanggilnya untuk menghadap sang Pangeran.

"Wahai sahabatku, aku teringat ketika jariku terpotong, engkau mengatakan 'SEMOGA INI BAIK', dan ini terbukti dengan apa yang aku alami di hutan. Aku tidak jadi dikorbankan untuk sesembahan suku pedalaman karena fisikku yang tidak sempurna." "Namun aku ingin bertanya padamu, ketika engkau hendak aku penjarakan, engkau juga mengatakan 'SEMOGA INI BAIK', apa artinya itu?”. Sahabatnya berkata, "Kalau sekiranya aku tidak engkau penjarakan, tentu saja kemarin aku harus menemani engkau berburu ke hutan, dan mungkin aku sekarang sudah mati karena fisikku sempurna, sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan korban".
--------------------------------

Yaaa...., begitulah kisah yang saya ceritakan kepada Naufal beberapa tahun yang lalu ketika dia sangat kecewa terhadap suatu keadaan yang menurut dia itu tidak baik untuk dirinya. Yaa..., ternyata diam-diam kisah itu yang menjadikan dia lebih bisa menerima kejadian itu. Dan bahkan membekas hingga kini.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (QS Al-Baqoroh : 216)

Rabu, 14 Januari 2015

Istighfarnya Nabi Ibrahim AS

Istighfarnya Nabi Ibrahim yg istimewa...

ربنا اغفرلي ولوالدي وللمؤمنبن

"Robbanaghfirli waliwalidayya walilmukminin" [QS. Ibrohim: 41]

(Ya Rabb kami, ampunilah aku, kedua orangtuaku, dan seluruh kaum mukminin).

Perbanyaklah beristighfar seperti ini, karena akan banyak sekali manfaat yg kita dapatkan.

1. Allah akan lebih mendengar istighfar kita, karena kita menggunakan istighfarnya 'kekasih' Allah ta'ala, Nabi Ibrohim alaihissalam.

2. Ini merupakan bentuk bakti kpd kedua orang tua, dan akan menjadikan keduanya BAHAGIA dan mulia di sisi-Nya.

3. Dengannya kita akan mendapatkan doa malaikat, krn kita telah mendoakan orang lain tanpa sepengetahuannya. [HR. Muslim, 2732]

4. Kita akan mendapatkan pahala sebanyak jumlah kaum muslimin, karena kita telah memintakan ampun utk mereka semua. [Shohihul Jami', 6026]

5. Allah akan menambah kekuatan utk kita, karena kita beristighfar. [QS. Hud: 52].

6. Urusan-urusan kita akan dimudahkan Allah krn istighfar kita, sebagaimana dikatakan Ibnul Qoyyim rohimahullah. [Tibbun Nabawi, 155]

7. Allah akan melapangkan harta dan rezeki kita dg istighfar. [QS. Nuh: 10-12]

Semoga Allah memberikan kita taufiq, utk selalu bisa mengisi waktu kita dg banyak beristighfar dg istighfar ini kepadaNya, aamiin.

Tulisan Ustadz Musyaffa Ad Dariny, Lc, MA yang disebarkan di beberapa grup hikmah

Senin, 12 Januari 2015

Terus Berbuat Baik...

Saudaraku, pagi ini saya dapat kiriman kisah nyata yang menginspirasi untuk senantiasa berbuat baik..., mari kita simak

INSPIRING TRUE STORY

Suatu malam di suatu kota di Philadelphia, USA, sepasang suami-istri sepuh masuk ke sebuah hotel kecil. Mereka bertanya kepada resepsionis di situ...

Suami : Apakah masih ada kamar untuk kami berdua ...?

Resepsionis: Maaf sekali Pak, kamar kami penuh semua dan kebetulan di kota ini sedang ada 3 events besar, sehingga semua hotel penuh ...

Suami : Oooh, baiklah kalau begitu ...

Resepsionis : Tetapi saya tidak mungkin menolak Bapak & Ibu serta menyuruh pergi di tengah malam begini sementara di luar hujan badai... Kalau berkenan, bapak dan ibu boleh menginap di kamar saya. Segera saya akan membereskan kamar saya...

Suami & istri : ... (mengangguk tanda setuju) Terima kasih anak muda... Thank you, young man! 

Dua tahun berlalu, dan resepsionis tadi hampir melupakan kejadian itu, ketika menerima surat yang mengingatkannya pada malam hujan badai tersebut.

Lelaki muda ini diminta datang mengunjungi pasangan tersebut di New York & terlampir tiket pesawat pulang-pergi untuk-nya ...

Di New York, laki-laki tua itu membawanya ke sudut 5th Avenue & 34th Street, lalu menunjuk sebuah gedung baru yang megah, sebuah istana dengan batu kemerahan dan menara  (tower) yang menjulang ke langit... Sebuah sky scraper mewah.

Lelaki tua : Itu adalah hotel yang baru saja saya bangun untuk Anda kelola...

Resepsionis: ha ha...ha.Anda pasti sedang bercanda ...

Lelaki tua: ... Sure, saya tidak sedang bergurau.

Nama lelaki tua itu adalah William Waldorf Astor, dan struktur bangunan megah tersebut adalah Waldorf-Astoria Hotel.

Resepsionis itu, adalah Mr. George C. Boldt yg akhirnya menjadi CEO dari jaringan WALDORF-ASTORIA HOTEL yang kini berdiri di hampir seluruh kota-kota besar di seluruh dunia.

================

Moral kisah ini :

Jangan pernah berhenti untuk berbuat baik kepada siapa-pun, kapan-pun & dimana-pun...

Al-’Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir As-Sa’di mengatakan, “Dan apa saja yang kalian nafkahkan/infakkan, berupa nafkah yang wajib ataupun mustahab/sunnah, untuk kerabat, tetangga, orang miskin, anak yatim, atau selainnya, maka Dia akan menggantinya. Karenanya, janganlah kalian menyangka berinfak itu mengurangi rezeki. Bahkan Allah –Dzat yang melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya– berjanji akan memberi ganti kepada orang yang berinfak. Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya, maka mintalah rezeki dari-Nya dan berupayalah menempuh sebab-sebab yang diperintahkan-Nya kepada kalian.” (Tafsir Al-Karimir Rahman fi Tafsir Kalamil Mannan)

Belajar Konsep Rizki dari Tukang Rujak

HARI ini hujan mulai jam 9 pagi, seorang tukang rujak numpang berteduh di teras ruko.

Beliau saya pinjamkan tempat duduk dari dalam toko. Masih penuh gerobaknya dengan buah-buah tertata rapi.

Kulihat dari dalam toko beliau membuka buku kecil. Rupanya sebuah alquran. Beliau begitu tekun dengan Al-Qurannya.

Sampai jam setengah 11 hujan tak kunjung berhenti.

Saya mulai risau karena sepi pembeli.

Saya keluar sekadar memberikan air minum kemasan dan beberapa butir kurma.

Tidak ada sedikitpun raut gelisah terlihat di wajahnya.

“Kalau musim hujan jualannya repot juga ya, Pak… ” Kataku sambil menatap gerobaknya. “Masih banyak banget.”

Beliau tersenyum, “Iya bu.. Mudah-mudahan ada rejekinya.. .” jawabnya.

“Aamiin,” kataku.

“Kalau gak abis gimana, Pak?” tanyaku penuh iba…

“Ya.. Kalau gak abis ya risiko, Bu… Kalau yang gak bisa sampai besok kayak semangka, melon yang udah kebuka ya kasih ke tetangga juga seneng daripada kebuang. Kalau kayak bengkoang, jambu, mangga yang masih bagus bisa disimpan. Mudah-mudahan aja dapet nilai sedekah,” katanya tersenyum.

“Kalau hujan terus sampai sore gimana, Pak?” tanyaku lagi.

“Ya Alhamdulillah bu… Berarti rejeki saya hari ini diizinkan banyak berdoa dan meminta sesuatu sama Allah. Kan kalau hujan waktu mustajab buat berdoa bu…” Katanya sambil tersenyum. “Dikasih kesempatan berdoa juga kan rejeki, Bu…”

“Terus kalau gak dapet uang gimana, Pak?” tanyaku lagi.

“Berarti rejeki saya bersabar, Bu… Allah yang ngatur rejeki, Bu… Saya bergantung sama Allah.. Apa aja bentuk rejeki yang Allah kasih ya saya syukuri aja. Tapi Alhamdulillah, bertahun tahun saya jualan rujak belum pernah sampai kelaparan.

“Pernah gak dapat uang sama sekali, tau tau tetangga ngirimin makanan. Kita hidup cari apa Bu, yang penting bisa makan biar ada tenaga buat ibadah dan usaha,” katanya lagi sambil memasukan Alqurannya ke kotak di gerobak.

“Mumpung hujannya rintik, Bu… Saya bisa jalan .. Makasih yaa ,Bu…” katanya.

(kisah hikmah dari grup hikmah)

Sabtu, 10 Januari 2015

Aamilatun Naashibah

بسم الله الرحمن الرحيم

عاملة ناصبة
“Aamilatun Naashibah”
(Amal-amal yang Hanya Melelahkan)

Ayat ke-3 surah Al-Ghaasyiyah...

Rangkaian ayat di awal surah ini bercerita tentang neraka dan para penghuninya.

Ternyata salah satu penyebab seseorang disungkurkan ke neraka adalah sebab amalan yang banyak dan beragam tapi penuh cacat; baik motif dan niatnya, maupun cara yang tidak sesuai dengan ajaran sunnah Rasul saw. AstaghfiruLlaahal ‘azhim…

Alkisah, ‘Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu menangis saat mendengar ayat ini disampaikan...

Alkisah juga, suatu hari Atha as-Salami, seorang tabi`in bermaksud menjual kain yang telah ditenunnya. Setelah diamati dan diteliti secara seksama oleh sang penjual kain, sang penjual kain mengatakan,

“Ya, Atha' sesungguhnya kain yang kau tenun ini cukup bagus, tetapi sayang ada cacatnya sehingga saya tidak dapat membelinya.”

Begitu mendengar bahwa kain yang telah ditenunnya ada cacat, Atha' termenung lalu menangis. Melihat Atha' menangis, sang penjual kain berkata,

“Atha' sahabatku, aku mengatakan dengan sebenarnya bahwa memang kainmu ada cacatnya sehingga aku tidak dapat membelinya, kalaulah karena sebab itu engkau menangis, maka biarkanlah aku tetap membeli kainmu dan membayarnya dengan harga yang pas.”

Tawaran itu dijawabnya,

“Wahai sahabatku, engkau menyangka aku menangis disebabkan karena kainku ada cacatnya? Ketahuilah sesungguhnya yang menyebabkan aku menangis bukan karena kain itu".

"Aku menangis disebabkan karena aku menyangka bahwa kain yang telah kubuat selama berbulan-bulan ini tidak ada cacatnya, tetapi di mata engkau sebagai ahlinya ternyata ada cacatnya".

"Begitulah aku menangis kepada Allah dikarenakan aku menyangka bahwa ibadah yang telah aku lakukan selama bertahun-tahun ini tidak ada cacatnya, tetapi mungkin di mata Allah sebagai ahli-Nya ada cacatnya, itulah yang menyebabkan aku menangis.”

Semoga kita menyadari sedini mungkin tentang amal yang kita lakukan apakah sudah sesuai ataukah tidak. Hanya dengan ilmulah kita akan mengetahui dimana letak kekurangan.

Maka bukan hanya dengan beramal sebanyak-banyaknya tapi juga beramal dengan sebenar-benarnya.

Wallaahu a'lamu bish shawaab...

Tetaplah miliki stok husnuzhzhon

Seorang dokter bergegas masuk ke dalam ruang operasi.
Ayah dari anak yang akan dioperasi menghampirinya: "Kenapa lama sekali anda sampai ke sini? Apa anda tidak tau, nyawa anak saya terancam jika tidak segera di operasi?" labrak si ayah.

Dokter itu tersenyum, "Maaf, saya sedang tidak di RS tadi, tapi saya secepatnya ke sini setelah ditelepon pihak RS."

Kemudian ia menuju ruang operasi. Setelah beberapa jam ia keluar dengan senyuman di wajahnya. "Syukurlah  keadaan anak anda kini stabil." Tanpa menunggu jawaban sang ayah, dokter tersebut berkata: "Suster akan membantu anda jika ada yang ingin anda tanyakan." Dokter tersebut berlalu.

"Kenapa dokter itu angkuh sekali? Dia kan sepatutnya memberikan penjelasan mengenai keadaan anak saya!" sang ayah berkata pada suster.

Sambil menunduk dan meneteskan air mata suster menjawab : "Anak dokter tersebut meninggal dalam kecelakaan kemarin sore, ia sedang menguburkan anaknya saat kami meneleponnya untuk melakukan operasi anak anda. Sekarang anak anda telah selamat, ia bisa kembali berkabung."
Sambil menanggung malu Ayah tersebut terdiam....

JANGAN PΕRNΑН TERBURU2 MENILAI SESEORANG..
Tapi maklumilah bahwa tiap jiwa di sekeliling kita juga mungkin sekali menyimpan cerita kehidupan yang tak terbayangkan di benak kita...

Mungkin ada  air mata di balik setiap senyuman..
Αda  kasih sayang di balik setiap amarah..
Αda  pengorbanan di balik setiap ketidak pedulian..
Αda  harapan di balik setiap kesakitan..
Αda  kekecewaan di balik setiap derai tawa..

Semoga bermanfaat agar kita menjadi manusia dengan rasa maklum yang semakin luas dan bersyukur dengan apa yg telah diberikan dalam hidup ini.

INGAT, kita bukan satu2nya manusia dengan segudang masalah.

Tersenyumlah..
Karena senyum mampu membasuh setiap luka.
Maafkanlah..
Karena maaf mampu menyembuhkan semua rasa.

Kamis, 01 Januari 2015

Aidh Al-Qorni tentang Wanita

Diantara kalimat indah Aidh al-Qarni tentang "Wanita"

اَلْأُنْثَى: كَالْقَهْوَةِ، إِذَا أَهْمَلْتَهَا أَصْبَحَتْ بَارِدَةً، حَتَّى فِيْ مَشَاعِرِهَا
Perempuan itu seperti kopi, jika engkau abaikan, ia menjadi dingin, sampai dalam hal cita rasanya.

عِنْدَمَا تَصْمُتُ الْأُنْثَى أَمَامَ مَنْ تُحِبُّ، تَأْتِي الْكَلِمَاتُ عَلَى هَيْئَةِ دُمُوْعٍ
Saat perempuan diam di depan orang yang ia cintai, maka muncullah banyak kata dalam bentuk air mata!!

اَلْأُنْثَى: فِي الْبِدَايَةِ تَخَافُ أَنْ تَقْتَرِبَ مِنْكَ، وَفِي النِّهَايَةِ تَبْكِيْ حِيْنَ تَبْتَعِدُ عَنْهَا، قَلِيْلٌ مَنْ يَفْهَمُهَا
Perempuan itu, pada mulanya takut untuk mendekatimu, namun pada akhirnya, ia menangis saat engkau menjauh darinya .. sedikit sekali orang yang memahaminya.

اَلْأُنْثَى: لَا تُرِيْدَ مِنْكَ الْمُسْتَحِيْلَ، هِيَ فَقَطْ تُرِيْدُكَ أَنْ تَكُوْنَ مِثْلَ الرَّجُلِ الَّذِيْ تَتَمَنَّاهُ أَنْتَ لِشَقِيْقَتِكَ
Perempuan itu tidak menginginkan kemustahilan darimu, dia hanya menginginkan agar engkau seperti lelaki yang engkau bayangkan tentang saudari kandungnya.

اَلْأُنْثَى: إِمَّا كَيْدٌ عَظِيْمٌ، أَوْ حُبٌّ عَظِيْمٌ! وَأَنْتَ مَنْ يُحَدِّدُ أَيُّهَا الرَّجُلَ، فَإِنْ مَكَرْتَ بِهَا مَكَرَتْ بِكَ، وَإِنْ أَحْبَبْتَهَا عَشِقَتْكَ
Perempuan itu tipu daya besar atau cinta agung, dan engkau lah yang menentukannya wahai lelaki..jika engkau membuat makar atasnya, diapun membuat makar kepadamu, dan jika engkau mencintainya, ia pun kasmaran terhadapmu

بِقَدْرِ مَا تُحِبُّ الْأُنْثَى هِيَ تَغَارُ، لِذَا أَيُّ أُنْثَى تَجُنُّ غِيْرَةً، هِيَ تَجُنُّ حُبًّا
Sesuai dengan tingkat cintamu kepada perempuan, seperti itulah ia cemburu, karenanya, apa saja yang membuat perempuan menjadi gila karena cemburu, itu juga yang membuatnya gila karena cinta.

 
Blogger Templates