Social Icons

Kamis, 02 Oktober 2014

Titik Batas Mastatho'tum

Adalah Abdullah Al Azzam. seorang syekh teladan dan panutan. Dihormati lagi disegani, oleh para muridnya.
Pada suatu saat beliau ditanya oleh muridnya,
“Ya syekh, apa yang dimaksud dengan mastatho’tum”?
Sang Syekh-pun membawa muridnya ke sebuah lapangan. Meminta semuanya muridnya berlari sekuat tenaga, mengelilingi lapangan semampu mereka. Titik dan waktu keberangkatan sama, akan tetapi waktu akhir dan jumlah putaran setiap murid akan berbeda. Satu putaran masih belum terasa. Putaran kedua berkurang tenaga. Kini mulai berguguran perlahan di putaran ketiga. Hingga tersisa beberapa saja yang masih berusaha sekuat tenaga. Hingga akhirnya satu persatu merasa lelah, menyerah. Mereka semuapun menepi ke pinggir lapangan, kelelahan. Mereka sudah berusaha sekuat tenaga, semampu mereka.

Setelah semua muridnya menyerah, Sang Syekh-pun tak mau kalah. Beliau berlari mengelilingi lapangan hingga membuat semua muridnya keheranan. Semua murid kaget dan tidak tega melihat gurunya yang sudah tua itu kepayahan. Satu putaran masih berseri seri. Dua putaran mulai pucat pasi. Tiga putaran mulai kehilangan kendali. Menuju putaran yang keempat Sang Syekh makin tampak kelelahan, raut mukanya memerah, keringat bertetesan, nafas tersengal-sengat tidak beraturan. Tapi dia tetap berusaha. Beliau terus berlari sekuat tenaga, dari cepat, melambat, melambat lagi, hingga kemudian beliaupun terhuyung tanpa tanpa penyangga. Energinya terkuras habis tak tersisa. Beliau jatuh pingsan, tak sadarkan diri.
Setelah beliau siuman dan terbangun, muridnya bertanya,
“Syekh, apa yang hendak engkau ajarkan kepada kami?”
“Muridku, Inilah yang dinamakan titik mastatho’tum! Titik di mana saat kita berusaha semaksimal tenaga sampai Allah sendiri yang menghentikan perjuangan kita”. Jawab Sang Syekh dengan mantap.
Ikhwahfillah,
Hari ini kita kembali terbangunkan dari kemalasan kita, dari lemahnya azzam kita, dari kecilnya kontribusi kita. Kita harus mulai belajar lagi kepada kecoa. Berkontribusi sepenuh tenaga. Mengedepankan agenda-agenda dakwah dari yang selainnya. Memprioritaskan alokasi tenaga secara khusus untuk perjuangan di jalan dakwah ini. Bukan dari energi dan waktu waktu sisa. Mari menjadi mujahid di jalan dakwah ini. Yang mati dalam medan kontribusi. Derajat syahid Allah beri. Surga indah menanti. In sya Allah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates